Senin, 01 Juni 2020

Finding Peace In Pain

Peace in Pain
By Ipung

NAKID
Source : https://youtu.be/Xfpe8ThJejA 

Allah telah mengajarkan pada kita melalui kitab suci Alquran bahwa ada satu hal yang kita dapatkan dalam hidup ini. Hal itu sangat bernilai dibandingkan dengan yang lainnya. Semuanya akan menjadi lebih baik jikalau kita memilikinya. Hal tersebut adalah kedekatan dengan Allah. Dekat dengan Allah yakni hal yang baik dan dapat menambah erat hubungan kita denganNya. Semua masalah dalam hidup akan membaik, hubungan antar sesama juga baik, insyaAllah segalanya akan baik. 

Dalam kehidupan, kita dapat membagi beberapa perhatian. Dalam berkegiatan sehari-hari antara kita dan makhluk Allah serta dalam berhubungan dengan Sang Khaliq haruslah diperhatikan pula. Ketika sehat seakan semua dapat berjalan sesuai apa yang kita harapkan namun berbalik keadaan ketika kita sedang diuji dengan rasa sakit. 

Adanya sakit membuat dunia kita sementara teralihkan. Bermain game, nonton movie, makan makanan enak, belanja barang bagus atau bertemu teman dan lain sebagainya tidak terasa nikmat ataupun nyaman. Itu semua karena sakit, seakan semua hal duniawi telah menghilang. Semua yang kita inginkan hanyalah satu yakni kesembuhan atau kembali sehat. 

Allah hanya sedikit menghapuskan kenikmatan yang ada pada diri kita. Namun kita merasa seakan dunia segera berakhir. Berpikir bahwa kita sudah ditepi jurang yang curam dan mulai banyak mengeluh. "Mengapa Allah memberikan ujian ini pada saya?", "Allah tidak suka melihat saya bahagia." Dan masih ada beberapa keluhan lainnya. Astaghfirullah.

Hal yang semestinya kita lakukan yakni kurangi mengeluh dan ambil hikmah disetiap ujian. Jadikan ujian sebagai sarana kita untuk mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki diri untuk lebih rendah hati dalam menerima ketetapan yang Allah berikan. 

Kita seharusnya menyadari bahwa nikmat sehat dan nikmat sempat merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya. Allah telah berfirman bahwa setiap musibah pasti ada hikmah dibaliknya, setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan yang menyertainya. Kita dapat belajar dari berbagai hal dalam kehidupan. Fadlan minnallah

Sakit juga merupakan karunia dari Allah. Seyogyanya kita menangis dan banyak berdoa kepada Allah, tawakal menyerahkan semua kepadaNya, dan lebih mendekatkan diri pada Allah. Akan menjadi suatu moment terbaik dalam hidup kita atau bahkan kelak diakhirat apabila kita selalu menyadarinya. 

Berkhusnudzon kepada Allah sangatlah ditekankan dalam menjalani kehidupan. Memahami bahwa Allah telah memiliki rencana  terbaik untuk setiap orang. Bukan sebagai pembanding dalam hal duniawi melainkan pemantik dalam peningkatan kualitas iman kita. Belajar dari ketabahan ibu nabi Musa AS dalam menghadapi ujian dari Allah namun tetap berpegang teguh pada janji Allah (QS. Al Qashash : 7-13).

Terkadang Allah tidak langsung menunjukkan hikmah dibalik setiap ujian secara langsung adakalanya bisa beberapa tahun setelahnya. Seperti kisah nabi Yusuf AS yang diberi ujian dibuang oleh saudaranya kemudian Allah berikan kenikmatan setelah beberapa tahun kemudian ia diberi kemampuan dalam mengartikan mimpi raja. Semua tidak secara instant namun bertahap. 

Tidak selalu kesulitan atau ujian yang kita dapatkan itu tidak baik, bisa jadi akan membukakan jalan orang lain untuk memberikan kebaikan hatinya. Menjadi sarana untuk kembali kepada Allah. Percaya atau tidak, karena setiap orang pasti mendapat ujian dalam hidupnya baik untuk orang-orang yang beriman (muslim) maupun tidak (non muslim). Jika kita dapat melalui ujian dengan iman (yakin) sebagai seorang muslim, maka kita akan menerima balasan terbaik dalam hidup ini bahkan untuk akhirat kelak. 

Kita akan mendapatkan kebaikan dalam kedamaian yang bahkan tak seorangpun dapat merasakannya apabila lulus ujian dari Allah. Perbedaan antara kita sebagai orang yang beriman dan tidak beriman dalam menerima ujian sakit yaitu ketika kita sakit akan menemukan kedamaian didalamnya sedangkan yang tidak beriman hanya akan menemui berbagai kesulitan. 

Apabila kita merasa hidup kita begitu bermasalah, sudah seharusnya kita berdoa pada Allah untuk meminta kebaikan baik dunia maupun akhirat. "Rabbanaa atina fidunya hasana..." arti dari hasana disini adalah meminta kebaikan dalam segala aspek kehidupan baik untuk saat ini maupun untuk kedepannya. "Wa fil akhirati hasana..." dan ini sebagai tujuan akhir yakni kebaikan di akhirat.

Kuncinya adalah beriman. Jika seseorang beriman akan takdir Allah maka Allah akan mewariskan padanya surga. Beberapa ayat dalam Alquran sudah menyebutkan, salah satunya dalam surat Al Mu'minun. Allah tidak hanya menyediakan surga untuk nabi Adam namun juga seluruh keturunannya yang beriman pada Allah. Kita mendapatkan "Miratha" bahwa kita akan mewarisinya. "Miratha" dan surga merupakan pernyataan yang luar biasa oleh nabi. 

Nabi bersabda bahwa Allah telah membangunkan sebuah rumah di surga bahkan di surga Firdaus (surga tertinggi) bagi semua orang. Tidak hanya orang yang beriman namun semua orang. Namun beberapa orang tidak begitu mengupayakan sehingga orang-orang yang berimanlah yang akan mewarisinya bahkan tidak ada satupun rumah disurga menjadi kosong. 

Rumah yang Allah bangun itu untuk kita. Gambaran dari Allah, kita akan memasuki Firdaus, tidak mengotorinya, tidak jatuh ke jurang, tidak hilang keimanan pada Allah. Seharusnya kita berpikir bahwa semua yang kita lalui setiap waktunya merupakan apa yang Allah ingin lihat, berapa yang dapat kita bayar untuk rumah yang sudah Allah sediakan. Seberapa besar upaya kita untuk mendapatkannya. Semoga Allah senantiasa membantu dalam setiap ujian dan kesulitan serta tidak pernah membiarkan kita untuk kehilangan keyakinan padaNya. Aamiin ya robbal'alamiin. Barokallahu fikum wa astaghfirullahal adzim. 

Rabu, 22 April 2020

Penghargaan dari Allah_MFA 2020

Penghargaan dari Allah
by Ipung

My Favourite Ayat (MFA) 2020 
Qs. Al-Baqarah (2): 286

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."

Manusia memiliki roda kehidupan masing-masing. Ada yang melalui jalanan lurus hampir tanpa hambatan ada pula yang melalui jalanan yang terjal dan berliku. Qodarullah. Semua sudah memiliki garis kehidupannya sendiri. 

Ingin hati hidup bahagia tanpa nista dan air mata namun Allahlah sebaik-baik perencana. Sebagai makhluk ciptaan-Nya sudah seharusnya kita sami'naa wa atho'naa. Tunduk dan patuh pada perintah-Nya. Allah telah memberikan karunia kepada kita berupa nikmat sehat dan sempat. Itu merupakan 2 nikmat yang tak terkira. 

Ketika Allah menguji hambanya, tak lain adalah wujud kasih sayang dan perhatian Allah pada hamba-Nya. Ya, Allah tidak akan memberikan ujian melampaui batas kemampuan kita. Semuanya ada hikmahnya. 

Belajar dari kajian ustadz Nouman Ali Khan tentang 2 honours from Allah (https://youtu.be/0lVjitZZD7s). Teringat 2 tahun lalu ketika saya masih bekerja di Jakarta, Allah benar-benar menegur saya atas kelalaian saya. Ia ganjar dengan sakit yang baru pertama saya rasakan begitu luar biasa hebatnya. Tak ada keluarga ataupun sanak family, benar-benar sebatang kara menghadapinya. Radang tulang dan persendian yang membuat saya susah berjalan, setiap malam sulit mata 'tuk terpejam serasa hidup akan berakhir ditelan malam. Astaghfirullah. 

Dengan penuh harap saya mayakini sepenuhnya untuk dapat melaluinya. Ikhtiar dan berdo'a selama kurang lebih 8 bulan, biidznillah akhirnya saya mampu untuk berjalan kembali dengan sedikit leluasa. Alhamdulillah. Selama pengobatan bahkan ruqyah saya jalani, disitu saya banyak belajar. Wujud teguran Allah kepada saya tidak sebanding dengan banyaknya dosa yang telah saya perbuat, tidak sebanding pula dengan ujian kepada nabi dan Rasul pada zaman dulu. 

Mendekatkan diri pada Allah dengan mengaji, do'a, dzikir dan tahajud serta puasa membuat hati tenang dan kembali teguh. Qodarullah, ini takdir dan kehendak Allah. Ikhlas. Refleksi diri. Semua sudah ada porsinya masing-masing. Selalu berupaya untuk bersyukur kepada Allah. Ini adalah salah satu bentuk perhatian Allah, coba bayangkan kalau Allah tidak peduli lagi. Istidraj. Naudzubillah. 

Self reminder! Jangan banyak ngeluh, banyak syukur dan always be better. Urip mampir ngombe, sopo nandur bakal ngunduh. Upaya mikul duwur mendem jero mugi gusti paring pangapuro. Fastabikhul khairat wa astaghfirullah'adzim. 

Rabu, 15 April 2020

Pekan 7 Umat Pertengahan_NAKID

Bismillahirrahmaniirahim.

Tidak terasa sudah masuk ke pekan 7 dimana menjadi pekan terakhir untuk Matrikulasi NAKID sebelum masuk bulan Ramadhan 1441H. Semoga Allah pertemukan kita di bulan Ramadhan esok dengan sehat dan hati gembira. Aamiin.

Source: https://m.youtube.com/watch?v=0pS6srvVVBI

Umat Pertengahan

Kenapa kita disebut sebagai umat pertengahan? Kenapa tidak awal atau akhir. Tidak. Allah sudah menegaskan dalam kitabullah.
Allah SWT berfirman:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّا سِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَاۤ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۗ وَاِ نْ كَا نَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَا نَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِا لنَّا سِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 143)

Sudah sangat jelas bahwa Allah menjadikan kita sebagai umat pertengahan supaya kita menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi pula atas perbuatan kita. Lantas, saksi seperti apa yang dimaksudkan? Saksi segalanya. 

Sebagai seorang muslim kita mengemban amanah islam dalam hidup kita. Kita harus mencerminkan kepribadian seorang muslim dan keindahan islam itu seperti apa. Namun saat ini, kita terkadang lalai akan itu. Kita tidak menunjukkan kebaikan akan islam.

Kita muslim namun berbeda dengan muslim yang sesungguhnya. Tidak amar ma'ruf nahi munkar, hanya mementingkan diri sendiri. Sehingga kelak di akhirat muslim/non muslim, keluarga, saudara, tetangga, atau kerabat lain kita akan menjadi saksi bahwa mereka tidak melihat islam dari diri kita. Astaghfirullah. Naudzubillah.

Ada suatu kisah dari seorang penyair pada jaman nabi Muhammad yakni Hassan Ibn Tsabit. Mereka biasa memerintahkan Hassan Ibn Tsabit untuk menyemangati pasukan ketika ada tugas militer. 
Rasulullah sangat mencintaiya, hingga pada suatu hari Rasul berkata:"Hassan, bacakan qur'an untukku!". Hassan pun terkejut, "Ya Rasulullah, kau ingin aku membacakan qur'an untukmu? Padahal itu diturunkan kepadamu." Tapi beliau menjawab, "Tapi aku suka mendengarkannya." Jadi Hassan membacakannya sebagian qur'an yakni pada surat An-nisa'. Dia terus membaca dan Rasul pun menikmati bacaannya hingga sampai pada ayat ke 41.

فَكَيْـفَ اِذَا جِئْـنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ بِۢشَهِيْدٍ وَّجِئْـنَا بِكَ عَلٰى هٰۤؤُلَآ ءِ شَهِيْدًا ۗ
"Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 41)

Hassan kemudian melihat wajah Rasulullah, dan Rasul menangis. Kemudian Rasul berkata, "Hasbuk, hasbuk! Cukup, aku tidak bisa menahannya lagi." Hassan pun menghentikan bacaan qur'annya. 

Kenapa? Karena begitu beratnya maksud dari ayat tersebut bahwa Rasul akan menjadi saksi bagi kita. Dahulu sebelum Rasul meninggal dunia, beliau meminta umatnya yang hadir untuk menjadi saksi bahwa ia telah menyampaikan risalah dan umatnya mengakuinya. Rasul telah percaya dan mewariskan kepada umatnya yang hadir untuk menyampaikan kepada yang tidak hadir (generasi selanjutnya-termasuk kita).

Namun apabila kita mengingkari kepercayaan dan warisan Rasul, maka Rasul yang akan disalahkan karena sudah bersaksi bahwa kita akan melanjutkan tugasnya. Sungguh menyedihkan apabila kita benar-benar mengecewakan Rasulullah. Rasulullah menyampaikan kekecewaannya pada Allah. 

وَقَا لَ الرَّسُوْلُ يٰرَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰ نَ مَهْجُوْرًا

"Dan rasul (Muhammad) berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 30)

Astaghfirullahal'adzim. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan meneguhkan dalam agama islam. Aamiin. 

Rabu, 08 April 2020

Pekan 6 Perpecahan Umat_NAKID

Bismillahirrahmanirrahim.
Pekan 6 #matrikulasiNAKID tetang perpecahan umat

Source: https://m.youtube.com/watch?v=gQOj5iIxy3w

Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّا سَ وَ يَبْغُوْنَ فِى الْاَ رْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ اُولٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ
innamas-sabiilu 'alallaziina yazhlimuunan-naasa wa yabghuuna fil-ardhi bighoiril-haqq, ulaaa`ika lahum 'azaabun aliim

"Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 42)

Allah telah berfirman sebagai peringatan kepada manusia. Manusia saling beradu pendapat yang mengakibatkan perpecahan setelah mereka mempunyai ilmu pengetahuan. Mengapa demikian? Karena mereka memiliki dorongan untuk mendominasi (baghy). Memiliki ego yang besar, merasa diri yang paling penting dan memiliki tujuan untuk menguasai orang lain.

Hal tersebut bertolak belakang dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para ulama. Semakin orang berpengetahuan maka seharusnya berperan sebagai pemersatu umat, bukan untuk mencari pembuktian bahwa dia benar dan dia salah. Itu arogan.

Dalam islam, mengoreksi seseorang dilakukan tidak dengan beradu pendapat untuk mengalahkannya, tidak dengan membuktikan betapa salahnya dia dan betapa benarnya kita. Kita mengoreksi seseorang untuk memperbaikinya. Kita mengoreksinya dengan kerendahan hati dan kasih dalam hubungan antar sesama orang beriman.

Adablah yang perlu diperhatikan. Para ulama dalam menghadapi perbedaan pendapat yakni:
1. Mendoakan semoga disayangi Allah (rahimahullah)
2. Menyanggah karena tidak sependapat
3. Mengembalikan kepada Allah yang Maha Tahu

Namun saat ini tidaklah seperti yang ulama contohkan, justru langsung mengatakan "kamu salah! Saya beritahu mana yang benar!" tanpa mengindahkan adab sehingga sangat memungkinkan membuat umat muslim ini berpecah belah.

Nabi sangat memperhatikan dalam menyampaikan kebenaran yakni dengan lemah lembut (Qs. 3:159). Perbedaan pendapat dalam menjalani kehidupan itu wajar. Allah telah memerintahkan:
1. Fau'lu 'anhum (maafkan dengan tulus)
2. Wastaghfirlahum (mohonkan ampun)

Nabi Muhammad membuat suatu keputusan sangatlah detail sehingga kelompok ataupun umat tidak terpecah belah. Dengan bermusyawarah, meminta pendapat, mengambil keputusan dan tawakal pada Allah. Hal tersebut akan dapat diteladani untuk generasi masa depan.

Lain halnya jikalau terlalu fokus dengan perdebatan yang tidak begitu penting/remeh sehingga mengabaikan generasi muda akan mengakibatkan generasi muda dan seterusnya menjadi ragu atau bimbang akan iman islam. Allah sudah menetapkan waktu kelak untuk memberi hukuman pada kita termasuk atas generasi muda yang pernah kita abaikan karena perdebatan.  Astaghfirullah.

Jangan biarkan anak-anak menjadi korban sehingga mereka mencari pelarian untuk berkeluh kesah kepada orang lain termasuk kepada yang kurang agama. Mari kita tumbuhkan din islam pada generasi mendatang secara lebih serius. Jangan abaikan bahaya perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat itu tidak penting dibanding nasib anak-anak kita sebagai generasi mendatang.

Wallahu'alam bisshowab. Astaghfirullah. Barokallahu fikum.

Jumat, 03 April 2020

Pekan 5_Reconnect With Qur'an_NAKID

Assalamu'alaikum sobat..

Pekan 5 #Matrikulasinakid kali ini bahas tentang Terhubung kembali dengan Al qur'an (Reconnect with Qur'an)

Source:https://m.youtube.com/watch?v=LK_EG_RHe0E

Bismillahirrahmanirrahim..

Dewasa ini bahkan sedari kecil kita sudah mencoba untuk senantiasa terkoneksi dengan al-qur'an seperti dengan membaca qur'an,  menghafalkannya, membaca dan memahami terjemahannya, dan lain sebagainya.

Hal demikian merupakan beberapa langkah untuk mencoba terkoneksi dengan qur'an namun hanya sebatas di lisan, telinga, otak atau akal saja belum secara mendalam yakni dengan hati.

Kita ambil contoh kisah dari Nabi Ibrahim AS dalam ikhtiarnya. Nabi Ibrahim hidup di masyarakat tanpa hidayah dengan menyembah berhala, keluarganya pun malah pembuat berhala sesembahan mereka, hanya dia lah satu-satunya yang mengimani Allah ta'ala. Begitu banyak masalah yang Allah berikan padanya (Qs. 60:4).

Nama islam saat masa nabi Ibrahim adalah Milati Ibrahim (Agama Ibrahim, warisan Ibrahim).  Inti dari agama ini adalah memanjatkan do'a.  Dengan banyaknya masalah yang nabi Ibrahim hadapi, ia memanjatkan do'a pada Allah (Qs. 26:78) "Dia yang menciptakanku, Dia yang membimbingku". Asumsi orang lain (Qs. 23:115) namun Ibrahim tetap berpikir bahwa Allah tidak hanya menciptakannya, memberi anggota tubuh lengkap, memberi kemampuan yang beraneka ragam tetapi juga Allah memberi petunjuk, cara hidup, bahkan panduan/bimbingan. Hanya dia yang meyakini ini, tak satupun disekitarnya yang beriman.

Allah tidak hanya mencukupi makan dan minum kita yang selalu kita butuhkan, namun ada hal yang lebih penting dan jauh kita butuhkan yakni petunjuk. Petunjuk merupakan kebutuhan paling utama setelah manusia diciptakan. Makan minum tidak dibutuhkan setiap saat, namun petunjuk lebih rutin/sering dibutuhkan dibanding makan minum.

Allah memberikan makan dan minum tidaklah secara instan. Diberikannya melalui beberapa proses hingga makanan dan minuman tersebut dapat manusia nikmati (Qs. 80:24) agar manusia mau berpikir. Berpikir apabila Allah mengambil salah satu nikmat itu, apa yang akan kita lakukan. Apakah sama seperti nabi Ibrahim yang selalu bersyukur dan tawakal pada Allah (Qs. 26:78-79). Itulah agama Ibrahim as.

Mengingat warisan nabi Ibrahim (Qs. 3:95) termasuk pula dalam hal kematian. Manusia hidup dan mati karena Allah yang menginginkan. Kematian bukanlah akhir, itu hanya pemberhentian sementara, masih ada pemberhentian selanjutnya. Itu sangatlah jelas (Qs. 26:81).

Setiap manusia diberi kesempatan oleh Allah untuk mendapat petunjuk dalam kehidupan yang pertama (dunia), namun dikehidupan yang kedua (akhirat) tidak ada petunjuk, kesempatan bahkan tidak semua orang mendapat rejeki untuk kedua kalinya.

Maka dari itu petunjuk merupakan kebutuhan paling penting di dunia. Di akhirat yang dibutuhkan adalah pengampunan (Qs. 26:82). Pengampunan atas diri sendiri, fokus pada diri sendiri. Nafsy, nafsy, nafsy (Qs. 80:34-36; Qs. 22:2). Karena kita cenderung tidak tahu kapan kita melakukan kesalahan bahkan tidak ingin mengingatnya. Maka do'a nabi Ibrahim memohon kekuatan untuk membuat keputusan yang kokoh (Hukm) dan disatukan dengan orang yang mendukungnya (tahu baik buruknya) (Qs. 26: 83-84) agar bisa reflect pada dirinya sendiri.

Atas do'a nabi Ibrahim (Qs. 2:128-129; Qs. 57:27), Allah memgabulkan ribuan tahun setelahnya dengan mengutus Rasulullah SAW. Allah still has recording at the do'a. Allah menjawab do'a-do'a nabi Ibrahim (Qs. 26:84-88). Nabi Ibrahim memiliki hari yang suci/bersih (selamat, baik, sehat) (Qs. 26:89; Qs. 37:84). Ini sebagai contoh bagi manusia untuk dapat selalu terkoneksi dengan Allah yakni dengan memiliki hati yang baik maka segalanya akan ikut baik.

Allah sudah memberi peringatan untuk kita atas karunia yang Allah telah berikan (Qs. 50:37). Dengan adanya al-qur'an bertujuan membuat hati kita menjadi suci (qolbun salim). Membuat diri kita selamat. Al-qur'an tidak hanya terkoneksi dengan mata, telinga, dan otak namun lebih penting terkoneksi dengan hati kita.

Reconnect with qur'an adalah membuka hati kita untuk senantiasa terhubung dengan qur'an.  Memaknainya dengan sepenuh hati, selalu membekas dan membuat diri kita selalu menjadi lebih baik. Barokallahu fikum.

Wassalamu'alaikum.
Cmiiw

Rabu, 25 Maret 2020

Pekan 4 Islam itu Mudah, Kita yang membuatnya Sulit_NAKID

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu'alaikum..

#MatrikulasiNakid

Islam itu Mudah, Kita yang membuatnya Sulit!

Source: https://m.youtube.com/watch?v=YsCAODsbZ2o

Pembahasan pekan ini sangat menarik sekali mengenai pandangan muslim atau bahkan non muslim dalam urusan Islam.

Setiap manusia memiliki pandangan hidup masing-masing dengan kepercayaan yang dianutnya seperti halnya dalam beragama.

Dalam menganut agama tidak ada sistem paksaan ataupun apapun. Bagi seorang muslim, menularkan kebaikan adalah suatu bentuk ibadah yakni dengan berdakwah.

Ada beberapa hal yg ust. NAK mengenai berdakwah.
1. Berdakwah tidak hanya mengundang dan memberikan goalnya, namun dalam berdakwah juga memberikan arahan (path) untuk mencapai goal tersebut. Kesuksesan dapat dinilai dari prosesnya karena setiap orang memiliki level atau kemampuan (Qs. An Nahl: 125).

2. Jangan memusnahkan harapan mereka untuk masuk surga. Saat ini mudah sekali kita menjudge seseorang tanpa mengetahui seluruh faktanya. Kita biasa menjudge oh dia kurang pandai, dia lemah, dia lemot, dia dia dia negative lainnya. Padahal dalam menjudge seperti itu dalam islam tidaklah mudah. Kita harus banyak tahu tentang fikih, aqidah, ulama bahkan kitab-kitabnya terlebih dahulu. Layaknya kisah 7 pemuda dalam surat Al Kahfi. Jika ada yg tidak terlalu mahir dalam belajar, ga masalah.. Mereka cuma sedikit tertinggal namun mereka pasti jauh diatas kita, kita yang terlalu meremehkan.

3. Jangan menutup pintu surga bagi orang lain. Saking gampangnya kita ngjudge orang lain hingga kita bisa seenaknya memutuskan sendiri kalau yang masuk surga hanya orang-orang Muslim yg baik. Padahal pintu surga terbuka lebar untuk siapa saja yang Allah kehendaki. (Qs. Al Hadiid: 21). Kemudian dengan mudahnya pula berkata neraka untuk yang buruk. Iya buruk, namun Allah menempatkan untuk orang yang paling buruk dari yg terburuk (Qs. Al Lail: 15&17). Berikan ekspektasi yg baik tentang Allah, tentang Rasulullah dan islam.

Jadi ada 2 hal yang musti muslim ketahui pula:
1. Jangan mudah berkata halal haram dan menghakimi seseorang (Qs. An Nahl: 116). Berpikirlah luas, karna berpikir sempit dapat membuat sengsara (Qs. Al Baqarah: 29) serta segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan dengan keikhlasan. Allah menghargai semuanya bahkan hal terkecil sekalipun.

2. Permudah agama kita dan amalkan ajaran agama dengan mudah pula. Jangan membuat sulit apalagi rumit. Sampaikan dengan kecintaan spt Rasulullah. Menghindari perdebatan menghindari pula kemarahan. Tidak gampang marah dg statement2 yg tk mendasar. Kemarahan itu hak Allah (Qs. Maryam: 90). Kenapa Allah marah? Karna Allah memang berhak marah. Dia Sang pemilik segalanya. Jadi bukan hak kita untuk marah dg menjadikan alasan marahnya Allah untuk kita marah pada orang lain.

Kita harus berpikir secara mendalam, pemahaman dan pengetahuan semakin diperluas. Bagaimana kita berpikir tentang Allah dan menolong orang lain berpikir tentang Allah pula.

Tabarokallahu fikum.
Astaghfirullahal'adzim.
Wassalamu'alaikum.
Cmiiw

Kamis, 19 Maret 2020

Pekan 3 Rediscovering Al-Fatihah NAKID

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum sobat.
#MatrikulasiNAKID pekan 3 ini membahas tentang opening surat dalam al-qur'an yakni surat Al Fatihah.

Source: https://m.youtube.com/watch?v=o-O9YillNok

Al Fatihah adalah surat yang paling sempurna atau secara utuh saat diturunkan. Sesuai dengan hadits qudsy, Al fatihah dimulai dengan lafadz Alhamdulillahirrabbil'alamiin.

Frase Alhamdulillah dalam surat Al fatihah sering kita ucapkan dalam kegiatan sehari-hari. Hal demikian kita ungkapkan sebagai wujud syukur kepada Allah. 

Dalam memahami lafadz Alhamdulillah, terdapat kata Hamd. Hamd tersendiri memiliki dua arti yang berbeda.
1. Praise (Pujian)
2. Thanks (Terimakasih)
Sebagai contoh dalam memahami perbedaannya sebagai berikut: 
- Ketika kita melihat mobil mewah kita bisa memujinya, misal dengan kata "wow, luar biasa, keren, dll". (Praise)
- ketika seseorang memiliki new baby yang cute, handsome/beautiful, lengkap tanpa cacat kita bisa bersyukur atas pemberian itu. (Thanks)

Thanks atau ungkapan terimakasih kita ucapkan saat seseorang/sesuatu melakukan kebaikan kepada kita. Atau bisa dikatakan feedback atas kebaikan yang orang lain berikan kepada kita. Seperti kisah nabi Musa yang dibesarkan di keluarga yang terhormat, Fir'aun, ia berucap terimakasih untuk sesama makhluk Allah dalam hal kebaikan bukan untuk mengimaninya. (Check Qs. Asy-Syura: 18 dan Qs. Luqman: 14-15)

Terimakasih bisa diucapkan tanpa harus ada pujian, begitu pula sebaliknya. Memahami kata Pujian (praise) dan terimakasih dalam bahasa arab ada kata Hamd artinya really praise and thank can't be fake/created, pujian namun tidak palsu. Contoh fake praise, seseorang mendapat nilai jelek, ketika ia pulang dan bertemu dengan ibunya ia seketika memuji masakan ibunya yang lezat padahal kenyataannya ibunya belum masak. Pujian sering digunakan pula untuk memuji para raja, saat interview, untuk tamu, dll. 

Dalam mengungkapkan syukur, Allah telah memilih kata alhamdulillah menjadi kata yang lebih baik dari gabungan kata al-madhulillah dan asy-syukurlillah.  Al madhu wa syukurlillah sama artinya dengan praise and thanks to Allah. Pujian dan terimakasih kepada Allah. Al hamd ada bentuk simple dalam mengucapkan al madhu wa asy syukurlillah.  Dimana itu merupakan bentuk pujian dan syukur pada Allah. 

Alhamdulillah harus dimaknai tidak hanya dalam ucapan namun juga dengan hati, hal tersebut yang Allah sukai. Dengan alhamdulillah membuat muslim untuk selalu berpikir positif dalam segala hal. 

Alhamdulillah dimaknai sebagai noun (kata benda) bukan verb (kata kerja). Maksudnya adalah kalau dimaknai sebagai kata kerja ketika dalam suatu kalimat tanpa subjek akan membuat bingung atau tidak jelas, karena kata kerja itu menjelaskan subjek/pelaku pekerjaan. Nah, kalau sebagai kata benda tidak perlu membutuhkan subjek untuk menjelaskannya. Dengan kata lain jika Noun itu Independent (mampu berdiri sendiri) sedangkan Verb itu dependent (tidak mampu berdiri sendiri). Jadi alhamdulillah (praise to Allah) itu akan selalu ada.

Kita mungkin tidak akan memuji Allah selamanya namun pujian bagi Allah akan selalu ada. Kita bergantung kepada Allah dengan mengucapkan alhamdulillah. Alhamdulillah sebagai ekspresi emosi kita dan memberi informasi untuk orang lain. 

Beberapa surat dalam al-qur'an dimulai dengan alhamdulillah dan beberapa kali pula dengan lillahilhamd. Alhamdulillah dan lillahilhamd ini berbeda. Alhamdulillah bermakna sesuatu yang tanpa harus diperdebatkan, sedangkan lillahilhamd bermakna sesuatu yang diributkan/diperdebatkan.  Al hamd hanya untuk Allah semata. 

Allah memperkenalkan diriNya dalam surat al fatihah. Dia tidak menginginkan sesuatu untuk diperdebatkan, dia tidak ingin berteriak kepada kita dalam memulai membaca al qur'an. Dia ingin berbicara pada kita dengan menyimpulkan bahwa alhamdulillah bukanlah perdebatan. Itu suatu hal yang sudah kita ketahui dan sudah ada dalam hati kita. Maka tidak perlu mengatakan lillahilhamd, karena sudah tidak perlu diyakinkan lagi dan tidak perlu dipaksa lagi. (check Qs. Al-A'raf: 120-122). 

Alhamdulillah merupakan hal yang sangatlah penting, ungkapan terimakasih secara spesifik. Semakin dalam kita mempelajari dan memaknai al fatihah akan membuka dan mempermudah kita dalam mempelajari lebih jauh mengenai al qur'an. 

Lanjutan dari alhamdulillah yakni rabbil'alamiin. Rabbil'alamiin terdiri dari kata Rabb yang artinya pemilik (owner) dan Murobi artinya seseorang yang memastikan sesuatu untuk tumbuh dan merawatnya dengan baik. Hasil dari pemilik yang merawat dengan baik itu berupa hadiah ('alamiin). Wal qayim berarti seseorang yang memastikan segala sesuatunya tetap bersama tidak bercerai berai. 

Hubungan rabbil'alamiin yakni robb sebagai pemilik dan abd sebagai hamba. Allah sebagai tuan/pemilik kita dan kita sebagai budak atau hamba/pelayannya. Budak itu nurut sama perintah tuannya bukan seenaknya sendiri. Allah pemilik kita, jadi kita musti nurut (sami'na wa 'atho'na) sama Allah. 

Barokallahu fikum..
Semoga kita senantiasa bersyukur dan taat pada segala perintah dan larangan Allah. Aamiin.
Wassalamu'alaikum.. 

Pekan 2 Memahami Makna Kata Ar-Rahman NAKID

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum sobat.
Shobakhul khair?
Ana bi khair wal hamdulillah.

Pekan 2 ini pembahasan tentang makna kata Ar-Rahman ya sobat. 👌
Source: https://m.youtube.com/watch?v=jSrcUvgg8Y8

Sejak saya kecil, saya memahami kata Ar-rahman dengan arti maha pengasih. Sesimple itu dalam mengetahuinya seperti dalam mengartikan lafadz Bismillahirrahmanirrahim yang artinya Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Namun kenyataannya, Ar-rahman memiliki makna yanh lebih sempurna dari sekedar pengasih. Dari video diatas, sobat bisa simak penjelasan ustadz NAK dalam memaknai kata Ar-Rahman yaa.

Setelah menyimak video tersebut, saya sedikit banyak memahami bahwa Ar-rahman berarti Allah tidak hanya mengasihi kita namun juga menyayangi, menjaga, merawat, memahami bahkan menghandle setiap masalah yang kita hadapi tanpa kita sadari sepenuhnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita malah sering berprasangka buruk pada takdir Allah. Sering mengeluh dan mengelak akan ketentuan-ketentuan yang Allah berikan padahal itu merupakan hal yang terbaik yang Allah pilihkan untuk kita. Kenyataannya berprasangka yang tidak ada dalilnya/dibangun diatas kebodohan. Sehingga berburuk sangka pada Allah adalah mempunyai sangkaan yg jelek kpd Allah dan itu dilarang.
(Check: Qs. Al-Fath: 6)

https://dalamislam.com/akhlaq/hukum-berburuk-sangka-kepada-allah (sobat bisa check disini juga yaa)

Misalnya kita merasa iri terhadap seseorang, anggaplah adik kakak, kakaknya diberi lebih lalu si adik menggerutu: kakak terus yang dikasih lebih. Menurut saya itu rasa iri yg wajar terhadap seseorang. InsyaAllah bisa terkikis/dihilangkan dengan belajar legowo.
Allah sudah menjamin dan menyempurnakan rezeki seseorang hingga ajal menjemputnya ya sobat.

Saat terkena musibah atau ujian dari Allah, sok suka ngeluh, belum bisa menerima, belum bisa sabar, apalagi bersyukur.

Padahal saya sering mendengar bahkan membaca juga jikalau semakin tinggi pohon semakin kancang pula terpaan anginnya.

Begitu pula dalam islam, semakin tinggi keimanan seseorang maka Allah akan menguji kualitas keimanannya.

Allah memberikan ujian ternyata itu wujud Allah masih perhatian dan sayang sama kita.

Saya pernah membayangkan, gimana ya kalau Allah sampai mengabaikan saya? Bagaimana Allah ga mau lagi menegur atas semua kelakuan saya? Bagaimana kalau saya malah istidraj? Astaghfirullah, ga sampai hati saya membayangkannya, naudzubillah.

Mengenai ujian dalam hidup ini, sobat bisa check dan pahami pula Qs. Al-Ankabut: 2-3; Qs. Al-Baqarah: 286; Qs. Hud: 9-11; dan kutipan Imam Al Ghazali dalam Manajemen Qolbu. H.M Komarudin Chalil dari bukunya Beranda Bahagia.

Lebih sering merefleksi diri. Saya yakin, ini semua sudah Allah takdirkan, qodarullah. Tiada satupun makhluk di bumi ini tanpa seijin Allah.
Bukan berarti pasrah dg keadaan namun juga harus tetap mengupayakan..

Mari lebih sering beristighfar dan berprasangka baik pada Allah saja. Qodarullah.. (Check: Qs. Al-Baqarah: 216) Senjata ampuh saya kalau suatu hal terjadi tanpa saya harapkan. InsyaAllah hati ikhlas dan merasa lebih tenang.

Tabarokallahu fikum..
Wassalamu'alaikum. 

Pekan 1 Kerendahatian Intelektual NAK


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum.
Lama tak bersua dalam untaian kata ya sobat..
Mau share and tell hasil tugas nyimak video dari Ustadz Nouman Ali Khan.

Sobats sudah pada tahu kan Ustadz Nouman Ali Khan (NAK)?  Beliau merupakan lecturer dari USA yang sering mengajar untuk mentadaburi dan menafsirkan al-qur'an secara detail dan mudah untuk dipahami. Sobat bisa search di YouTube yaa untuk kenalan lebih lanjut dengan ust.NAK.

Ana mulanya juga tidak begitu mengenal dan mengetahuinya namun berkat sohib ana, ia telah mengenalkan pada komunitas NAK Indonesia sampai sekarang. Alhamdulillah ana join pula di group #MatrikulasiNAK.

Pekan 1 = Kerendahatian Intelektual NAKID
Source: http://m.youtube/watch?v=5-Dtw9tJxgg

Tabarokallahu fikum 🙏🏻🙏🏻

Didalam kehidupan ini, seseorang dapat mengetahui berbagai hal dengan cara belajar. Ia harus mau dan mampu untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan demikian ilmu-ilmu akan ia dapatkan menjadi bekal didunia bahkan di akhirat dalam menjalani kehidupan.

Allah mewajibkan hambaNya untuk menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahat (dari kecil hingga menemui ajal). Dengan ilmu seseorang akan mengetahui banyak hal. Belajar dari yang tidak tahu hingga menjadi tahu.

Sebelum menuntut ilmu, kita harus mengutamakan adab terlebih dahulu. Apa gunanya ilmu apabila seseorang tidak beradab. Rasulullah SAW pun menekankan untuk beradab baru berilmu. Seseorang yang sudah beradab maka ia akan menerapkan ilmu-ilmu yang ia peroleh dengan sebaik-baiknya sesuai dengan sunnahtullah.

Seseorang yang sudah berilmu memiliki kewajiban untuk menyampaikan atau menyalurkan ilmu-ilmu yang pernah ia peroleh, dengan demikian ilmu tersebut akan jadi amal dan penolongnya kelak bukan sebaliknya. Meniru ilmu padi, semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin baiklah amalannya bahkan dapat dijadikan contoh/teladan bukan malah membuatnya menjadi arogan, sombong yang tidak ketulungan dengan ilmu-ilmu yang ia banggakan.

Apabila kita menemui seseorang yang sombong akan ilmunya kiat bisa mengajaknya untuk diskusi-diskusi kecil, kita share ilmu, hlaa kalau misal dia begitu mencolok menyombongkan ilmunya bisa kita tegur baik-baik agar sama-sama enaknya.

Upayakan komunikasi secara langsung karena bahasa tulis/tidak langsung setiap orang bisa menafsirkan sendiri-sendiri, takutnya malah beda dan bermasalah, hindari ngomong diblakang, penting!

Apabila sudah ditegur, diajak ngobrol kok ga berefek pula. Kita bisa mendo'akannya semoga segera dapat hidayah dari Allah. Do'akan yang baik-baik aja. Pengalaman ana kalau kita ladenin terus sok kadang malah makin jadi, senjata ampuhnya ya do'ain itu.. Cmiiw..

Semoga membantu 🙏🏻

Wassalamu'alaikum