Rabu, 08 April 2020

Pekan 6 Perpecahan Umat_NAKID

Bismillahirrahmanirrahim.
Pekan 6 #matrikulasiNAKID tetang perpecahan umat

Source: https://m.youtube.com/watch?v=gQOj5iIxy3w

Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّا سَ وَ يَبْغُوْنَ فِى الْاَ رْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ اُولٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ
innamas-sabiilu 'alallaziina yazhlimuunan-naasa wa yabghuuna fil-ardhi bighoiril-haqq, ulaaa`ika lahum 'azaabun aliim

"Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 42)

Allah telah berfirman sebagai peringatan kepada manusia. Manusia saling beradu pendapat yang mengakibatkan perpecahan setelah mereka mempunyai ilmu pengetahuan. Mengapa demikian? Karena mereka memiliki dorongan untuk mendominasi (baghy). Memiliki ego yang besar, merasa diri yang paling penting dan memiliki tujuan untuk menguasai orang lain.

Hal tersebut bertolak belakang dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para ulama. Semakin orang berpengetahuan maka seharusnya berperan sebagai pemersatu umat, bukan untuk mencari pembuktian bahwa dia benar dan dia salah. Itu arogan.

Dalam islam, mengoreksi seseorang dilakukan tidak dengan beradu pendapat untuk mengalahkannya, tidak dengan membuktikan betapa salahnya dia dan betapa benarnya kita. Kita mengoreksi seseorang untuk memperbaikinya. Kita mengoreksinya dengan kerendahan hati dan kasih dalam hubungan antar sesama orang beriman.

Adablah yang perlu diperhatikan. Para ulama dalam menghadapi perbedaan pendapat yakni:
1. Mendoakan semoga disayangi Allah (rahimahullah)
2. Menyanggah karena tidak sependapat
3. Mengembalikan kepada Allah yang Maha Tahu

Namun saat ini tidaklah seperti yang ulama contohkan, justru langsung mengatakan "kamu salah! Saya beritahu mana yang benar!" tanpa mengindahkan adab sehingga sangat memungkinkan membuat umat muslim ini berpecah belah.

Nabi sangat memperhatikan dalam menyampaikan kebenaran yakni dengan lemah lembut (Qs. 3:159). Perbedaan pendapat dalam menjalani kehidupan itu wajar. Allah telah memerintahkan:
1. Fau'lu 'anhum (maafkan dengan tulus)
2. Wastaghfirlahum (mohonkan ampun)

Nabi Muhammad membuat suatu keputusan sangatlah detail sehingga kelompok ataupun umat tidak terpecah belah. Dengan bermusyawarah, meminta pendapat, mengambil keputusan dan tawakal pada Allah. Hal tersebut akan dapat diteladani untuk generasi masa depan.

Lain halnya jikalau terlalu fokus dengan perdebatan yang tidak begitu penting/remeh sehingga mengabaikan generasi muda akan mengakibatkan generasi muda dan seterusnya menjadi ragu atau bimbang akan iman islam. Allah sudah menetapkan waktu kelak untuk memberi hukuman pada kita termasuk atas generasi muda yang pernah kita abaikan karena perdebatan.  Astaghfirullah.

Jangan biarkan anak-anak menjadi korban sehingga mereka mencari pelarian untuk berkeluh kesah kepada orang lain termasuk kepada yang kurang agama. Mari kita tumbuhkan din islam pada generasi mendatang secara lebih serius. Jangan abaikan bahaya perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat itu tidak penting dibanding nasib anak-anak kita sebagai generasi mendatang.

Wallahu'alam bisshowab. Astaghfirullah. Barokallahu fikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar